KEKAL
Jam dinding menunjukkan pukul 05.00 WIB membuat mata bulat anak perempuan itu membesar, seolah-olah nyawa nya sudah terkumpul dan tidak ada rasa ngantuk pada dirinya. Segera ia langkahkan kaki kecilnya turun dari ranjang dan menuju tempat tidur sahabat sok keren nya itu.
“Gar, Egar, bangunn!! Ayo lihat matahari terbit!” Dengan semangat ia mengguncang sahabatnya itu yang masih berada di mimpi. Sambil mengucek mata, anak lelaki itu duduk dan berusaha melihat ke arah jam dinding disana. “Ish yaelah, Kinan, ini masi jam 5 lewat loh! Matahari aja masih bobo!”
What? Apa katanya? Matahari masih tidur? Hell, nah! Bilang saja dia tidak mau menemani ku, dasar Egar jelek! Langsung saja ku tarik tangannya agar dia berdiri hahaha. “ASTAGHFIRULLAH KINAN, AKU KAGETT,” tak kuasa aku menahan ketawa. Kasihan sih dia tiba-tiba berdiri dari tidur, “hehe, maaf yaa Egar, kamu sih dibangunin engga mau. Semalam katanya mau nemenin aku lihat matahari terbit! Kan kita di villa tinggal hari ini..” Dengan berat, Egar melangkahkan kaki nya dan keluar bersama Kinan menuju outdoor villa itu.
“Kan, bener apa yang aku bilang. Matahari itu belum terbit jam segini, Kinan.” Dengan menekuk bibir, ku lihat pandangan ku ke seluruh pantai untuk melihat tanda datangnya matahari. Benar kata Egar, jam segini matahari belum muncul.
Melihat gadis kecil disampingnya murung, Egar menghela napas, “Nanti kita lihat kesini lagi ya Kinan. Gimana kalau kita minum susu dulu? Aku yang buatin deh.” Mendengar itu, ia tersenyum ke arah Egar, “Serius??? Yey, ayuk!” Ditariknya tangan lelaki kecil itu menuju dapur.
Sibuk menghabiskan gelas susu masing-masing, tiba-tiba Kinan menyeletuk, “aish, lama banget sih mataharinya bangun, keburu aku yang tidur ih,” ditidurkannya kepalanya itu dengan tangan sebagai alas. “Sabar ya kinan jelek, bentar lagi udah mau stengah enam pagi. Aku mau nyuci gelas kita dulu.” Segera Egar mengambil dua gelas itu dan membawanya ke wastafel.
Merasa bosan, Kinan beranjak dari kursi makannya menuju jendela dekat outdoor villa itu. Ia meneliti segala arah dari pantai itu, untuk melihat apakah ada tanda matahari sudah bangun? “ Egar, sini! Langitnya berwarna oren sedikit pink, tandanya matahari mau terbit!” Mendengar itu Egar segera melangkahkan kakinya ke arah Kinan. Terkejut melihat ke arah Kinan yang tiba-tiba berlari, “hey, kamu mau kemana?” Tidak ada tanggapan dari sahabat perempuannya itu, ia segera membuka pintu taman villa dan keluar untuk melihat sunrise sambil menunggu Kinan.
Satu kata, indah. Itu yang Egar rasakan saat ia sendiri di taman villa dengan view pantai, pohon, dan langit, serta angin sepoi itu saling melengkapi seakan-akan tidak ada sedikitpun part yang terlihat buruk dimatanya. Untung saja ya, Egar bukanlah seorang penakut, haha. Lihatlah, bahkan ombak pantai itu saja mendukung pemandangan ini. Sekarang ia tau mengapa sahabat perempuannya itu lebih menyukai sunrise dibanding sunset. Benar, sunrise memiliki pemandangan jauh lebih indah dibanding sunset.
Pandangan Egar beralih ke sosok sahabatnya yang berlari kearahnya sambil menggenggam kamera? “Dapat darimana kamu kamera ituu?” Melihat Kinan yang menyengirkan giginya, sudah pasti dia mengambil itu tanpa izin. “Hehe, aku tadi diem-diem ke kamar mama kita. Aku cabut kamera nya dari chargerannya, dan aku bawa kesini deh.” Mendengar itu Egar menghela napas, kan benar sudah dugaannya.
Lihatlah, sahabat perempuannya sudah sibuk memotret pandangan itu seolah-olah tidak ada satupun ruang yang kelewatan untuk dinikmati. Tiba-tiba sahabatnya datang ke arahnya, “Gar, kamu pegang kamera aku bentar yaa. Aku mau main air dulu, hehe.” Dasar kekanak-kanakan. “Jangan jauh-jauh ya, kinan!” Sahutnya. Dasar Egar sok dewasa, masi umur 10 tahun saja sudah songong bilangin anak orang kekanak-kanakan. Merasa bosan, kamera yang ditangannya pun dicoba ke arah pemandangan itu. Cantik. Sedikit turun kebawah, dan.. wah. Perfect. Perpaduan antara pantai, langit, matahari, sunrise, pohon kelapa, dan tentunya Kinan. Wah, kali ini Kinan sangat terlihat terpukau didalam kamera ini. Tanpa berlama-lama, Egar segera memotret Kinan yang sedang bermain air pantai itu.
Menyadari kamera yang dipegang Egar mengarah ke dirinya, Kinan tersenyum lebar. “Bagus, babu kerjanya cepet juga ya xixixi.” Mendengar itu Egar tidak terima, ia hanya memutar kedua bola matanya dan menghela napas. Sahut Kinan, “kamu mau aku fotoin juga ngga? Kamu disini, biar aku fotoin ala ala aesthetic gituu,” sambil merebut kamera dari tangan Egar dan mendorongnya ke arah pantai itu.
“Ceritanya kamu ga lihat kamera, kamu main air aja!” Lagi-lagi Egar memutar kedua bola matanya karena seenaknya disuruh oleh sahabat jeleknya ini, tapi tetap ia laksanakan sih. “Wahh, kamu kok disini ganteng banget sih!” Diteruskannya untuk memotret Egar. “Coba peace!” Mendengar itu, egar reflek peace dengan senyum. “Nice!” Kinan memandang kembali kameranya. Egar juga datang ke arah Kinan untuk melihat hasil potret itu.
Saat asik melihat foto hasil potretnya itu, tiba tiba Egar mengambil kamera dari genggaman perempuan itu. Melihat reaksi Kinan yang terkejut dan memasangkan muka seolah bertanya, Egar segera menyahut, “sini deh samping aku, membelakangi pantai. Kita foto bareng.” Tampaknya mulut kinan berbentuk O yang berarti dia mengerti apa yang telah dibilang. Baiklah, sepasang anak-anak itu memulai aksi nya. Beragam pose dan bentuk foto yang memenuhi memori kamera itu.
Tak terasa mereka sudah menghabiskan stengah jam untuk menikmati sunrise itu, dan pastinya matahari sudah semakin naik. Mereka duduk berdua sambil menikmati sisa sunrise. Kedua anak itu saling menyandar ke bahu sambil merasakan sejuknya pantai di angin pagi.
“Egar tau ga, ini pertama kalinya aku lihat sunrise di pantai, apalagi sama kamu tau. Pengalaman yang ga bakal aku lupa!” Ia tersenyum lebar. Kalau pagi ini bisa diperpanjang, Kinan bakal bersedia hanya duduk sambil melihat pemandangan pantai itu, apalagi berdua bersama sahabat lelakinya, pasti bakal menjadi hari yang sangat panjang bagi dia.
Kinan mengucap syukur dan terima kasih kepada Tuhan dalam hatinya karena atas ciptaan-Nya yang sungguh luar biasa ini. Semua makhluk terutama manusia tidak bakal melewatkan kesempatannya dalam melihat keindahan ciptaan-Nya. Tuhan itu sangat baik yah. Terima kasih Tuhan sudah menciptakan alam semesta yang indah ini. Terima kasih Tuhan, Kinan bisa memiliki keluarga yang bahagia. Terimakasih Tuhan, Engkau telah memberikan sahabat yang baik, yang selalu menyayangi dan memeluk raga kecil Kinan, yaitu Egar.
“Ngomong-ngomong, lagu terbaru mama kamu bagus banget, yah! Aku udah denger beberapa kali dalam seminggu ini.” Celetukan Kinan yang tiba-tiba itu membuat Egar membuka matanya. Benar kata sahabatnya, lagu mama tersayangnya memang selalu bagus, apalagi lagu mama nya yang terbaru itu. “Iya dong, mama siapa dulu? Mamanya Egar!” Melihat itu, Kinan hanya memutar kedua bola matanya. “Iya tau, mama kamu keren. Buktinya kita bisa rayain di villa depan pantai ini. Terima kasih kepada mama nya Egar, hahaha. Ohh iya, bilang ke mama kamu ya, diantara lagu mama kamu, aku lebih suka lagu terbarunya. Lagu yang indah, penuh makna disetiap liriknya, dan nadanya yang membuat nyaman ditelinga aku. Baru kali ini aku nemu lagu yang bisa terapi hati aku, hehe.” Ya, siapa juga yang tidak memuji lagu terbaru mama nya itu, apalagi Kinan sudah pasti sangat memuji lagu mamanya. “Lebay kamu, Kinan. Apaan terapi hati? Hahaha.” Walau terlihat lebay dan dijadiin bercandaan oleh Egar, tetapi Kinan itu jujur.
“Egar? Terima kasih ya?” Sahut Kinan. Mendengar itu alis Egar mengerut. “Terima kasih untuk?” Kinan langsung menoleh ke Egar dan menjawab, “gapapa, cuma mau terima kasih ke kamu karena kamu udah baik sama aku dan selalu aja ada ide agar aku tidak jadi cemberut.” Tentu sahabat lelakinya itu tertegun mendengar perkataannya.
“Aku rasa, lirik lagu mama kamu sangat cocok untuk kita berdua. Semoga hubungan aku dan kamu seperti judul dan isinya, ya?” Senyumnya gembira ditunjukkannya ke sahabat lelakinya. Begitu juga Egar melemparkan senyum manis berlesung pipi itu.
Hanya ada mereka berdua diantara ombak, pasir, angin, pohon, dan matahari yang sedang kenunjukkan keindahannya itu. Ya, semoga ya, hubungan Kinan dan Egar seperti judul lagu itu, kekal. Ya. Kekal.
@claewries