Claewries

Happy Valentine's Day, Dear. Hope you will be happier than before.

Selamat Hari Kasih Sayang, Asyura'. Semoga selalu dikelilingi oleh orang baik, dan diberi kasih sayang yang melimpah. Terima kasih udah mau jadi sahabat ku ya, Yura. Terima kasih juga sudah menjadi orang yang baik dalam hidupku. Sehat selalu yaa dan tetap semangat dalam menggapai PTN. Selalu bawa Tuhan dalam langkah mu. Semoga kita bisa sukses bareng-bareng, ya. Aku masuk STAN, dan Yura masuk IPB. Jangan sedih-sedih terus ya. Aku ga bisa bilang kau ga boleh suka si R itu, itu semua kan tergantung pada dirimu dan hatimu. Ikuti terus perkataan hati mu, ya. Maaf banget kalau aku belum bisa menjadi teman yang baik untuk mu. Maaf kalau aku belum bisa menjadi teman yang kau harapkan. Maaf kalau aku masih suka badmood ga jelas jadi kesannya melampiaskan ke kau. Jadilah orang yang tetap menebarkan cinta dan kasih sayang terhadap orang lain. Sekali lagi, Happy Valentine!

(Maaf kalau aku ga bisa ngasih apa-apa ke dirimu, jangan liat dr harganya yah hwehwehwehe)

Salam Hangat, Clara.

So many adventures couldn't happen today So many songs we forgot to play So many dreams swinging out of the blue We'll let 'em come true

Indahnya hari-hari yang dijalani saat umur 4 tahun. Belum mengenal pelajaran matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan berbagai hal yang membuat jadwal bermain seorang Ayana terganggu. Lihat, jam dinding sudah menunjukkan jam 8 pagi. Sudah saatnya untuk bermain keluar, berjumpa dengan teman-teman perumahannya. Lapangan perumahan itu sudah ramai akan anak-anak kecil yang sedang bermain. Ada yang bermain petak umpet, sentil melati, kejar-kejaran, dan bahkan bermain drama. Kalau saja mereka tidak dipanggil oleh orang tua masing-masing untuk makan siang, pasti akan terus bermain sampai kesorean. Begitulah anak-anak, kalau sudah bermain dengan temannya, pasti akan lupa dengan waktu.

      Dalam perumahan GrassLand ini memiliki komunitas-komunitas tersendiri. Ada komunitas Bapak-Bapak, komunitas Ibu-Ibu, bahkan ada komunitas anak-anak. Sebenarnya komunitas anak-anak ini tidak resmi, melainkan buatan mereka sendiri. Nama komunitas mereka ialah genk Merdeka. Tidak ada makna lain dari nama genk tersebut, hanya karena komunitas mereka terbentuk saat lomba 17 Agustus kemarin. Genk Merdeka ini tidak ada ketuanya, hanya saja yang selalu menjadi penengah bagi mereka saat ada yang berkelahi adalah anggota tertua, bernama, Sheila. Kak Sheila itu tugasnya melelahkan. Bagaimana tidak? Orang yang ia hadapin adalah anak umur 4 ataupun 5 tahun, yang selalu berkelahi dengan hal sepele. Kakak tertua itu selalu memeluk mereka disaat senang maupun duka. Berhari-hari dijalanin bersama, adanya pertengkaran dan perkelahian selalu diselesaikan bersama agar tidak adanya jauh-jauhan diantara mereka.

      Genk mereka ini bercampur, ada anak perempuan, dan juga anak laki-laki. Terkadang cara bermainnya mau terpisah, dan juga bergabung. Akan tetapi, seringnya mereka bermain bersama tanpa melihat gender dan umur. Lihatlah, sekarang saja mereka sedang berkumpul bersama bermain petasan dan kembang api pada malam tahun baru. Sudah pasti mereka bermain dengan pengawasan orang tua, karena perumahan sekarang sedang ramai diluar sambil menunggu pergantian tahun juga. Ada yang berlari-lari membawa kembang api, ada yang takut dengan petasan dan kembang api. Sekarang anak laki-laki bernama Daven itu sedang menjahili Ayana yang takut kembang api.

      Ayana terus berlari agar tidak dekat dengan Daven. Bahkan ia sudah merengek hampir menangis. “Daven, kamu jangan gitu! Ayana mau nangis itu ih,” kata Kaluna. Kaluna ini umurnya di atas Ayana, dan setara dengan Daven. Mendengar itu, Daven menyudahi langkah larinya mengejar Ayana. “Huh, makasih kak, sayang kak Kaluna banyak-banyak. Kalau saja kakak ga hentiin bang Daven, pasti sampai tahun baru 2014 esok bakal tetap dikejar.” Sahut Ayana sambil terengah-engah kelelahan berlari. Jangan salah, umur Ayana memang masih muda, tapi dia juga bisa buat candaan. Mereka semua tertawa mendengar candaannya.

      Tahun 2013 pun berganti menjadi 2014. Ayana senang, sebab ia menginginkan untuk bersekolah. Kemarin, teman-temannya selalu saja bercerita bagaimana kehidupan disekolah. Cerita teman-temannya itu membuat Ayana ingin mempunyai teman-teman baru di sekolah, ingin belajar, dan ingin merasakan jajanan di kantin tentunya. Betapa irinya ia melihat teman-temannya sudah menduduki sekolah dasar, sedangkan ia belum. Tahun ini, iri Ayana sudah terbalaskan. Hari ini adalah hari pertamanya menduduki kelas 1 Sekolah Dasar. Sungguh, pikiran Ayana kali ini hanyalah mencari teman baru. Dia tidak malu-malu dalam menyapa teman baru sekelasnya. Belum ada sehari, ia sudah menghafal lebih dari 10 teman sekelasnya, serta ia sudah dekat dengan satu teman barunya, bernama, Zenia. Kehidupannya sekarang sibuk akan tugas sekolah, dan tentunya suasana pertemanannya lebih dekat dengan yang di sekolah.

      Sekarang genk mereka sudah sibuk dengan kehidupan masing-masing. Saat tahun baru saja mereka sering bermain, sekarang sudah jarang. Kadang bermain saat ada hari libur seperti lebaran. Sampai pada malam tahun baru 2015, suasananya masih sama, orang-orangnya   masih sama, bahkan permainannya juga masih sama. Mereka semua menghabiskan malamnya menunggu tahun baru.

      Tahun terus berganti, kedekatan mereka sudah mulai berjarak. Sibuknya dengan tugas sekolah dan lain-lain membuat mereka sudah jarang bermain. Sesekali bermain saat libur saja. Seiring berjalannya hidup, anak-anak pasti akan mengalami pubertas, serta diikutinya dengan perkembangan teknologi. Jangankan untuk bertemu teman-teman, untuk bermain di luar saja sudah tergantikan oleh permainan teknologi. Dengan demikian, kedekatan mereka sudah memandang gender. Ayana pun sama, ia sudah canggung bertemu dengan teman laki-lakinya, dan hanya akrab pada teman perempuannya, yaitu kak Sheila, kak Kaluna, Meylan, dan Jovani. Terkadang Ayana bermain boneka dan masak-masakan bersama teman perempuannya. Hanya saja, Sheila sebagai teman tertuanya sudah sibuk dengan urusan sekolah dan lesnya, hampir tidak pernah bermain bersama Ayana lagi.

      Sudah beberapa malam tahun baru dilalui, suasananya sudah mulai berubah, orangnya juga berubah walau masih sama disini. Sekarang sudah tahun 2017, semakin naik kelas maka semakin banyak tugas yang akan mendatang. Sudah pasti, mereka akan berada di era miss communication. Hari dilalui demi hari, tidak ada yang salah dengan itu. Tiba-tiba mama Ayana nyeletuk, “kak Aya, itu kak Sheila mau pindah.” Tunggu, apa katanya? “HAH? PINDAH? Kenapa pindah ma?” Muncul tanda tanya besar pada benak Ayana. “Mama dan papa kak Sheila bercerai. Jadi kak Sheila dan kakaknya ikut dengan mamanya pindah dari sini.” Terkejut bukan main, Ayana langsung keluar untuk memanggil teman-temannya.

      Orang yang pertama ia panggil adalah kak Kaluna. “Kak.. kakak dah tau Kak Sheila bakal pindah dari perumahan ini?” Ditanya nya dengan nada lesuh. Tanggapan Kaluna hanya mengangguk. Mereka juga segera memanggil Jovani dan Meylan. Mereka berempat pun segera menuju kerumah kak Sheila dan memanggilnya untuk memastikan bahwa ia betulan pindah. Kaluna berkata, “Kak, kakak betulan pindah?” Dilihatnya muka sedih keempat teman yang sudah dianggapnya adik itu. “Iya.. maaf yah aku meninggalkan kalian. Jangan lupain kakak ya? Kakak bakal pergi, tapi kenangan kita tak bakal pergi dari kehidupan kakak dan kehidupan kalian.” Sudahlah, mereka berempat menangis karena ditinggal kakak kesayangan yang selalu memeluk mereka saat susah maupun sedih. “Kakak jangan pergi ya kak? Please jangan pergii” rengek Ayana, yang juga disahuti oleh Jovani, Meylan, dan Kaluna. “Ga bisa adikk, kakak harus pindah sama mama kakak. Gini deh, kalian janji yah jangan lupain kakak?” Sambil menunjukkan jari kelinkingnya. Mendengar itu, Jovani berkata, “Kakak juga janji jangan lupain kami, ya??” Mereka sama-sama mengangguk. Mereka berlima saling menautkan jari kelingking mereka dengan arti janji, serta salam perpisahan.

      Kini suasananya sudah berubah, dengan orang yang sudah berbeda. Jovani juga tiba-tiba pindah bersama kedua orang tuanya tanpa berpamitan. Sekarang tinggal bertiga, Ayana, Kaluna, dan Meylan. Sedih sudah semakin menambah. Teman yang pergi tanpa berpamitan adalah hal yang paling menyedihkan. Teman yang di sekolah saja sudah mulai memperlihatkan muka duanya. Tidak ada arti teman di sekolah bagi Ayana. Hari makin hari, teknologi pun semakin canggih. Ngobrol tanpa bertemu muka melalui handphone pun sudah bisa. Contohnya seperti Ayana dan  Kaluna kali ini. Mereka ngobrol di aplikasi Instagram, dan saling melempar sticker lucu. Ayana, Kaluna, dan Meylan juga berfikir untuk mencari kak Sheila dan Jovani melalui Instagram, namun gagal.

      Tahun berlalu, Ayana dan Meylan sudah berumur 10 tahun, sedangkan Kaluna berumur 11 tahun. Kaluna tahun depan akan memasuki Sekolah Menengah Pertama. Sudah pasti ia akan menjadi orang tersibuk tahun ini diantara ia dengan Ayana dan Meylan. Ia dengan Ayana juga sudah hampir lost contact di Instagram. Tidak ada bertukar kabar diantara mereka.

      Bulan ini adalah bulan Lebaran, yang artinya Ayana dan Kaluna akan diajak oleh Meylan untuk memakan ketupat dirumahnya. Sebagai tamu, tentu saja Ayana akan senang, karena mendapatkan makanan dan tentu saja uang THR dari orang tua Meylan. Buktinya sekarang Ayana sudah di depan pintu Kaluna untuk mengajaknya pergi bertamu ke rumah Meylan. Sungguh hari ini adalah hari yang menyenangkan tiap tahunnya. Mereka bertiga menghabiskan waktu bersama. Meylan memanggil ayahnya, “Ayah, fotoin adek sama temen-temen adek dong. Tadi adek minta kak Dania gamau.” Dengan sigap ayahnya mengambil camera merek Canon, dan segera menjepret mereka bertiga.         Hari-hari selanjutnya, Meylan menghubungi kedua temannya untuk memberi sesuatu. Saat berkumpul, Meylan pun segera memberi masing-masing mereka berdua selembar kertas. “Lihat, kemarin foto kita dicetak oleh ayahku. Awalnya dicetak cuma satu, tapi aku minta cetak dua lagi untuk kalian. Dan ini dia hasilnya! Untuk kalian!” Kali ini mata Ayana dan Kaluna berbinar. Betapa lucunya mereka bertiga  difoto itu. “Andai aja kak Sheila dan Jovani masi ada disini, kita bisa suruh Ayah kamu untuk fotoin kita berlima,” celetuk Kaluna. Sudah bisa ditebak, mereka bertiga kembali bersedih mengingat kedua temannya yang pergi itu. “Udah ah, jangan sedih terus dong. Yuk kita makan es cream, bunda aku tadi beli es cream untuk kita tiga,” sahut Meylan untuk menyudahi kesedihan mereka.

      Kedekatan mereka sedikit berjarak, dikarenakan sudah masuk sekolah dan sibuk akan urusan masing-masing. Ayana yang sedang mengerjakan pr dengan damai, tiba-tiba mamanya datang kekamarnya, “kak.. Meylan udah gaada...” Masih berfikir positif, Ayana menjawab, “ maksudnya ma? Dia pindah dari sini? Serius Ayana ditinggal pindah terus sama temen-temen?” Mamanya yang mendengar itu langsung berkata, “engga kak, maksud mama Meylan sudah berjumpa dengan Allah di Sorga.” Tentu ia sekarang syok. Matanya mulai berkaca-kaca, bahkan air matanya sudah jatuh. “Kok bisa ma? Meymey sakit apa? Kenapa dia ga bilang sama aku dan kak Luna?” Banyak pertanyaan yang ingin segera ia dapat jawabannya. Mamanya ikut sedih melihat anaknya yang menangis di meja belajar. “Meylan ternyata mengidap usus buntu, sudah dua minggu dia di rumah sakit, dan malam ini meninggalnya kak,” jawab Mama. Melihat anaknya ikut berduka, ia memeluknya agar tangisan anaknya mereda. “Ya Tuhan, maafkan Aya belum bisa menjadi teman yang baik untuk Meymey, semoga Meymey tenang di sisi mu Bapa,” berdoa dalam hati Ayana. Bulan ini adalah bulan duka bagi Ayana dan Kaluna. Mereka bersama-sama berdoa kepada Tuhan agar almahrum temannya tenang dan bahagia di sisi-Nya.

      Tahun demi tahun masih dilalui oleh Ayana dan Kaluna, meskipun jarang berkomunikasi, tetapi tetap sangat dekat dan tidak adanya canggung di antara mereka. Mereka berdua selalu bertemu saat waktu renggang seperti hari libur. Bahkan Kaluna selalu mengajarkan hal yang terbaik untuk Ayana, agar teman yang sudah dianggap adiknya itu tidak salah langkah. Kalau sudah libur semester seperti sekarang ini, mereka akan berjumpa tiap hari. Kadang membuat kue, memasak mie ala Korea, bermain game, mengelilingi daerah dekat perumahan mereka naik motor, dan nonton film di Bioskop.

      Kaluna semester yang baru bulan depan nanti akan menjadi kelas 12, artinya tahun depan ia akan tamat Sekolah Menengah Atas. “Kamu mau nyoba ke universitas mana, Aya?” Kaluna membuka percakapan. “Duh gimana ya kak, aku mau nyoba ITB, karena awalnya aku pengen ke Bandung, hehe,” jawab Ayana. Lanjut Kaluna sambil membawa canda, “Amin ya Aya, semoga kamu masuk ITB. Kamu udah nentuin jurusannya kah? Kalau ITB, kakak nyaranin FTTM deh, jurusan Teknik Pertambangan, banyak duit soalnya, Hahahahha.” Mendengar itu Aya langsung mengiyakan perkataan kakaknya, “iya kak, aku memang rencana pertambangan ITB, karena banyak duitnya juga kalau dapet kerja, Hahhahaha. Kalau kakak gimana?” Mendengar pertanyaan itu, Kaluna menjawab, “walau aku anak IPA, tapi mau nembak ke jurusan IPS. Doain yah, kakak mau utamain Hukum UI lewat UTBK.” Ayana tersenyum mendengar perkataan kakaknya, “Amin kak, semoga kita menggapai cita-cita kita ya.” Kedua perempuan itu saling berdoa untuk kedepannya terjadi hal-hal yang baik dan yang diinginkan.

      Aya sekarang sudah menduduki kelas 11, begitu juga Luna menduduki kelas 12. Tak jarang Ayana melihat Kaluna yang selalu sibuk belajar untuk mengusahakan Hukum UI itu. Tak lupa ia juga berdoa untuk temannya agar masuk ke jurusan dan universitas yang diinginkan itu. Terkadang Aya merasa sedih, bagaimana kalau misalnya kak Kaluna sudah tinggal di dekat Universitasnya dan meninggalkannya dia. Bagaimana pun ia dan Kaluna sudah seperti saudara, yang tumbuh bersama dan selalu menemaninya dari lahir hingga sekarang. Namun, cita-cita adalah terpenting untuk masa depan mereka berdua. Aya juga yakin, meskipun mereka akan terpisahkan oleh keadaan nantinya, mereka tetap akan berkomunikasi dan tidak akan canggung. Ia selalu berdoa kepada Tuhan agar Kaluna tidak pergi meninggalkan dia, agar Kaluna selalu bahagia, agar ia dan Kaluna selalu tumbuh bersama dan menjadi lebih baik.

      Setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya. Begitu yang Aya alami selama kehidupannya. Walau menurut Ayana sekarang tinggal ia dan Kaluna, tetapi kenangan tidak akan pernah meninggalkan mereka. Perpisahan bukan berarti terhapusnya mereka dalam kehidupan kita, mereka ada tempatnya didalam hidup kita. Mereka akan selalu sama dalam kenangan kita, genk Merdeka mereka itu akan selamanya muda. Begitu juga sekarang Aya dan Kaluna, mereka dan kenangan mereka berdua akan selamanya muda. Forever young.

@claewries

images

© Pinterest

Jam dinding menunjukkan pukul 05.00 WIB membuat mata bulat anak perempuan itu membesar, seolah-olah nyawa nya sudah terkumpul dan tidak ada rasa ngantuk pada dirinya. Segera ia langkahkan kaki kecilnya turun dari ranjang dan menuju tempat tidur sahabat sok keren nya itu.

     “Gar, Egar, bangunn!! Ayo lihat matahari terbit!” Dengan semangat ia mengguncang sahabatnya itu yang masih berada di mimpi. Sambil mengucek mata, anak lelaki itu duduk dan berusaha melihat ke arah jam dinding disana. “Ish yaelah, Kinan, ini masi jam 5 lewat loh! Matahari aja masih bobo!”

       What? Apa katanya? Matahari masih tidur? Hell, nah! Bilang saja dia tidak mau menemani ku, dasar Egar jelek! Langsung saja ku tarik tangannya agar dia berdiri hahaha. “ASTAGHFIRULLAH KINAN, AKU KAGETT,” tak kuasa aku menahan ketawa. Kasihan sih dia tiba-tiba berdiri dari tidur, “hehe, maaf yaa Egar, kamu sih dibangunin engga mau. Semalam katanya mau nemenin aku lihat matahari terbit! Kan kita di villa tinggal hari ini..” Dengan berat, Egar melangkahkan kaki nya dan keluar bersama Kinan menuju outdoor villa itu.

        “Kan, bener apa yang aku bilang. Matahari itu belum terbit jam segini, Kinan.” Dengan menekuk bibir, ku lihat pandangan ku ke seluruh pantai untuk melihat tanda datangnya matahari. Benar kata Egar, jam segini matahari belum muncul.

       Melihat gadis kecil disampingnya murung, Egar menghela napas, “Nanti kita lihat kesini lagi ya Kinan. Gimana kalau kita minum susu dulu? Aku yang buatin deh.” Mendengar itu, ia tersenyum ke arah Egar, “Serius??? Yey, ayuk!” Ditariknya tangan lelaki kecil itu menuju dapur.

       Sibuk menghabiskan gelas susu masing-masing, tiba-tiba Kinan menyeletuk, “aish, lama banget sih mataharinya bangun, keburu aku yang tidur ih,” ditidurkannya kepalanya itu dengan tangan sebagai alas. “Sabar ya kinan jelek, bentar lagi udah mau stengah enam pagi. Aku mau nyuci gelas kita dulu.” Segera Egar mengambil dua gelas itu dan membawanya ke wastafel.

       Merasa bosan, Kinan beranjak dari kursi makannya menuju jendela dekat outdoor villa itu. Ia meneliti segala arah dari pantai itu, untuk melihat apakah ada tanda matahari sudah bangun? “ Egar, sini! Langitnya berwarna oren sedikit pink, tandanya matahari mau terbit!” Mendengar itu Egar segera melangkahkan kakinya ke arah Kinan. Terkejut melihat ke arah Kinan yang tiba-tiba berlari, “hey, kamu mau kemana?” Tidak ada tanggapan dari sahabat perempuannya itu, ia segera membuka pintu taman villa dan keluar untuk melihat sunrise sambil menunggu Kinan.

       Satu kata, indah. Itu yang Egar rasakan saat ia sendiri di taman villa dengan view pantai, pohon, dan langit, serta angin sepoi itu saling melengkapi seakan-akan tidak ada sedikitpun part yang terlihat buruk dimatanya. Untung saja ya, Egar bukanlah seorang penakut, haha. Lihatlah, bahkan ombak pantai itu saja mendukung pemandangan ini. Sekarang ia tau mengapa sahabat perempuannya itu lebih menyukai sunrise dibanding sunset. Benar, sunrise memiliki pemandangan jauh lebih indah dibanding sunset.

      Pandangan Egar beralih ke sosok sahabatnya yang berlari kearahnya sambil menggenggam kamera? “Dapat darimana kamu kamera ituu?” Melihat Kinan yang menyengirkan giginya, sudah pasti dia mengambil itu tanpa izin. “Hehe, aku tadi diem-diem ke kamar mama kita. Aku cabut kamera nya dari chargerannya, dan aku bawa kesini deh.” Mendengar itu Egar menghela napas, kan benar sudah dugaannya.

        Lihatlah, sahabat perempuannya sudah sibuk memotret pandangan itu seolah-olah tidak ada satupun ruang yang kelewatan untuk dinikmati. Tiba-tiba sahabatnya datang ke arahnya, “Gar, kamu pegang kamera aku bentar yaa. Aku mau main air dulu, hehe.” Dasar kekanak-kanakan. “Jangan jauh-jauh ya, kinan!” Sahutnya. Dasar Egar sok dewasa, masi umur 10 tahun saja sudah songong bilangin anak orang kekanak-kanakan. Merasa bosan, kamera yang ditangannya pun dicoba ke arah pemandangan itu. Cantik. Sedikit turun kebawah, dan.. wah. Perfect. Perpaduan antara pantai, langit, matahari, sunrise, pohon kelapa, dan tentunya Kinan. Wah, kali ini Kinan sangat terlihat terpukau didalam kamera ini. Tanpa berlama-lama, Egar segera memotret Kinan yang sedang bermain air pantai itu.

      Menyadari kamera yang dipegang Egar mengarah ke dirinya, Kinan tersenyum lebar. “Bagus, babu kerjanya cepet juga ya xixixi.” Mendengar itu Egar tidak terima, ia hanya memutar kedua bola matanya dan menghela napas. Sahut Kinan, “kamu mau aku fotoin juga ngga? Kamu disini, biar aku fotoin ala ala aesthetic gituu,” sambil merebut kamera dari tangan Egar dan mendorongnya ke arah pantai itu.

       “Ceritanya kamu ga lihat kamera, kamu main air aja!” Lagi-lagi Egar memutar kedua bola matanya karena seenaknya disuruh oleh sahabat jeleknya ini, tapi tetap ia laksanakan sih. “Wahh, kamu kok disini ganteng banget sih!” Diteruskannya untuk memotret Egar. “Coba peace!” Mendengar itu, egar reflek peace dengan senyum. “Nice!” Kinan memandang kembali kameranya. Egar juga datang ke arah Kinan untuk melihat hasil potret itu.

       Saat asik melihat foto hasil potretnya itu, tiba tiba Egar mengambil kamera dari genggaman perempuan itu. Melihat reaksi Kinan yang terkejut dan memasangkan muka seolah bertanya, Egar segera menyahut, “sini deh samping aku, membelakangi pantai. Kita foto bareng.” Tampaknya mulut kinan berbentuk O yang berarti dia mengerti apa yang telah dibilang. Baiklah, sepasang anak-anak itu memulai aksi nya. Beragam pose dan bentuk foto yang memenuhi memori kamera itu.

      Tak terasa mereka sudah menghabiskan stengah jam untuk menikmati sunrise itu, dan pastinya matahari sudah semakin naik. Mereka duduk berdua sambil menikmati sisa sunrise. Kedua anak itu saling menyandar ke bahu sambil merasakan sejuknya pantai di angin pagi.

       “Egar tau ga, ini pertama kalinya aku lihat sunrise di pantai, apalagi sama kamu tau. Pengalaman yang ga bakal aku lupa!” Ia tersenyum lebar. Kalau pagi ini bisa diperpanjang, Kinan bakal bersedia hanya duduk sambil melihat pemandangan pantai itu, apalagi berdua bersama sahabat lelakinya, pasti bakal menjadi hari yang sangat panjang bagi dia.

       Kinan mengucap syukur dan terima kasih kepada Tuhan dalam hatinya karena atas ciptaan-Nya yang sungguh luar biasa ini. Semua makhluk terutama manusia tidak bakal melewatkan kesempatannya dalam melihat keindahan ciptaan-Nya. Tuhan itu sangat baik yah. Terima kasih Tuhan sudah menciptakan alam semesta yang indah ini. Terima kasih Tuhan, Kinan bisa memiliki keluarga yang bahagia. Terimakasih Tuhan, Engkau telah memberikan sahabat yang baik, yang selalu menyayangi dan memeluk raga kecil Kinan, yaitu Egar.

       “Ngomong-ngomong, lagu terbaru mama kamu bagus banget, yah! Aku udah denger beberapa kali dalam seminggu ini.” Celetukan Kinan yang tiba-tiba itu membuat Egar membuka matanya. Benar kata sahabatnya, lagu mama tersayangnya memang selalu bagus, apalagi lagu mama nya yang terbaru itu. “Iya dong, mama siapa dulu? Mamanya Egar!” Melihat itu, Kinan hanya memutar kedua bola matanya. “Iya tau, mama kamu keren. Buktinya kita bisa rayain di villa depan pantai ini. Terima kasih kepada mama nya Egar, hahaha. Ohh iya, bilang ke mama kamu ya, diantara lagu mama kamu, aku lebih suka lagu terbarunya. Lagu yang indah, penuh makna disetiap liriknya, dan nadanya yang membuat nyaman ditelinga aku. Baru kali ini aku nemu lagu yang bisa terapi hati aku, hehe.” Ya, siapa juga yang tidak memuji lagu terbaru mama nya itu, apalagi Kinan sudah pasti sangat memuji lagu mamanya. “Lebay kamu, Kinan. Apaan terapi hati? Hahaha.” Walau terlihat lebay dan dijadiin bercandaan oleh Egar, tetapi Kinan itu jujur.

      “Egar? Terima kasih ya?” Sahut Kinan. Mendengar itu alis Egar mengerut. “Terima kasih untuk?” Kinan langsung menoleh ke Egar dan menjawab, “gapapa, cuma mau terima kasih ke kamu karena kamu udah baik sama aku dan selalu aja ada ide agar aku tidak jadi cemberut.” Tentu sahabat lelakinya itu tertegun mendengar perkataannya.

       “Aku rasa, lirik lagu mama kamu sangat cocok untuk kita berdua. Semoga hubungan aku dan kamu seperti judul dan isinya, ya?” Senyumnya gembira ditunjukkannya ke sahabat lelakinya. Begitu juga Egar melemparkan senyum manis berlesung pipi itu.

       Hanya ada mereka berdua diantara ombak, pasir, angin, pohon, dan matahari yang sedang kenunjukkan keindahannya itu. Ya, semoga ya, hubungan Kinan dan Egar seperti judul lagu itu, kekal. Ya. Kekal.

                                                          @claewries